Batang – Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislutkannak) Kabupaten Batang meminta agar para peternak maupun pelaku usaha ternak sapi segera melakukan isolasi terhadap sapi yang terindikasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), agar tidak sampai menjangkiti ternak lain.
Kepala Dislutkannak Batang Windu Suriadji mengatakan, sebelumnya memang ada enam ekor sapi yang terindikasi PMK di Rowobelang dan Rejosari Barat.
“Kemarin Balai Besar Venteriner Wates Yogyakarta sudah melakukan uji klinis terhadap ternak yang terindikasi tersebut, hasilnya bisa diketahui empat hari lagi,” terangnya, usai meninjau kondisi sapi, di peternakan Lembu Jaya, H. Sutopo, Desa Rowobelang, Kabupaten Batang, Selasa (17/5/2022).
Ia memastikan, untuk sapi milik H. Sutopo belum terindikasi oleh PMK, jadi masih aman. Tapi harus tetap dipantau terus-menerus perkembangannya.
Ia mengimbau, bagi peternak harus bisa memisahkan antara ternak yang terindikasi dengan yang masih sehat.
“Besok kami segera akan membentuk tim Unit Reaksi Cepat Penanganan PMK di tingkat Kabupaten Batang dengan menjalin kerja sama antara instansi terkait termasuk Kodim dan Polres Batang, sehingga menjelang Idul Adha ini tidak ada ternak yang tertular PMK,” tegasnya.
Sebagai langkah antisipasi, Dislutkannak akan mengundang peternak dan pelaku usaha, agar bisa menyediakan tempat isolasi sapi yang terindikasi PMK.
“Kalau jumlah tidak lebih dari 10 ekor bisa diisolasi di masing-masing peternak, jadi tidak perlu jauh-jauh ke Kumesu Reban, cukup di Kota Batang saja,” ungkapnya.
Virus ini dapat menyebabkan kematian bagi sapi yang berusia kurang dari satu tahun. Sedangkan bagi sapi berusia lebih dari satu tahun, apabila imunitasnya baik, maka ternak dapat sembuh dengan sendirinya.
“Walaupun tidak menular pada manusia, tapi ia bisa sebagai pembawa. Ketika ia baru saja mengobati ternak yang sakit dan langsung memegang yang sehat, bisa menularkan PMK,” bebernya.
Ciri-ciri hewan yang terindikasi PMK yakni: suhu 40⁰ Celsius, mengeluarkan air liur yang terus menyambung, bercak putih di mulut dan pecah-pecah pada kuku.
Ia mengimbau agar para pelaku usaha ternak meningkatkan kewaspadaan dengan tidak membeli sapi dari daerah yang rawan terindikasi PMK, seperti Jawa Timur.
“Jangan mudah tergiur dengan harga sapi murah. Untuk antisipasi kami sudah menggencarkan penyemprotan cairan disinfektan ke pasar hewan dan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Limpung sementara ditutup untuk meminimalkan PMK,” terangnya.
Kapolres Batang AKBP M. Irwan Susanto mengatakan, pasca merebaknya PMK di beberapa daerah, maka berdasarkan pemantauan Bhabinkamtibmas dan Babinsa serta informasi dari masyarakat ternyata ada indikasi virus tersebut masuk ke Kabupaten Batang.
“Kami menunggu hasil uji laboratorium, apakah sapi itu dinyatakan positif PMK atau tidak,” tegasnya.
Ia mengimbau, masyarakat tetap tenang menghadapi PMK ini karena Polres bersama Kodim dan Dislutkannak sedang berupaya melakukan pencegahan maupun penanganan agar tidak sampai menjangkiti hewan ternak lain.
“Kami akan bergerak bersama Unit Reaksi Cepat untuk membantu pelaku usaha ternak. Di sisi lain paguyuban pelaku usaha ternak juga harus bersatu, dengan melaporkan kepada kami apabila ada indikasi, sehingga cepat tertangani,” tegasnya.
Ia mengharapkan para pelaku usaha ternak tidak mencari untung dengan adanya peristiwa ini.
“Banyak pihak yang akan terdampak termasuk kerugian. Apalagi manusia juga bisa jadi pembawa virus itu, maka laporkan kalau ada yang mendatangkan sapi biar segera diperiksa dokter hewan, jika sudah dipastikan aman, semuanya juga nyaman,” katanya.
Salah satu pelaku usaha ternak Lembu Jaya Desa Rowobelang, H. Sutopo mengutarakan, langkah pencegahan terus dilakukan dengan melakukan pengamatan pada sapi setiap harinya.
“Ciri-cirinya mulut sapi seperti sariawan atau bernanah, kaki bernanah. Penanganannya saya memanggil mantri hewan untuk menyuntikkan vitamin,” ujarnya.
Ia memastikan, sapi yang dimilikinya tidak terindikasi PMK. Jenisnya ada Limosin, Brahman, Sumintal, Peranakan Ras Ongole, Brahman Cros yang berjumlah 59 ekor.
“Saya beli dari peternak dari Jepara dan Blora karena kedua daerah itu belum ada ternak yang terjangkit PMK. Harga jualnya pasca Idulfitri mengalami kenaikan Rp500 ribu sampai Rp1 juta, selama sapi tidak terjangkit PMK harga tetap stabil,” tandasnya. (Heri)
Posting Komentar
Posting Komentar